Rabu, 22 November 2017

Resume Buku Bill Kovach dan Tom Rosentiel "9 Elemen Jurnalistik" beserta kaitan dengan kondisi Media saat ini

1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah kebenaran

Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, Kebenaran merupakan sesuatu yang sangat mahal. Seorang jurnalis yang profesional akan memikirkan kebenaran tentang informasi yang dibuatnya. Mengumpulkan informasi dengan mengumpulkan sebuat data yang intelektual dan sesuai fakta sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang merea butuhkan untuk berdaulat. Kebenaran yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, atau sumber terpercaya saja, melainkan kebenaran yang praktis dan fungsional. Prinsip pertama ini tentang kebenaran ini  tanpa dilandasi kepentingan tertentu(disinterested pursuit of truth) menjadi pembeda bentuk komunikasi lainnya. Jangan sekali-kali menambah atau mengarang apapun, apalagi menipu atau menyesatkan pembaca.

2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga

Loyalitas utama wartawan pada masyarakat, bukan pada perusahaan tempatnya bekerja, pembaca, atau pengiklan. Wartawan harus berpihak pada kepentingan umum. Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional. Kesetiaan pada warga ini adalah makna dari independensi jurnalistik. Independensi adalah bebas dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik. Jadi, jurnalis yang mengumpulkan berita tidak sama dengan karyawan perusahaan biasa, yang harus mendahulukan kepentingan majikannya. Jurnalis memiliki kewajiban sosial, yang dapat mengalahkan kepentingan langsung majikannya pada waktu-waktu tertentu, dan kewajiban ini justru adalah sumber keberhasilan finansial majikan mereka. Bila wartawan harus menyajikan beritanya tanpa rasa takut atau memihak maka wartawan harus memelihara kesetiaan kepada warga masyarakat dan kepentingan publik yg lebih luas di atas yg lainnya.

3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi

Jurnalisme bukanlah hiburan (entertainment), propaganda, fiksi, atau seni. Jurnalisme adalah setia (disiplin) kepada verifikasi, artinya bisa dicek dan ditelusuri sumber-sumbernya. Memastikan bahwa data dan fakta yang digunakan sebagai dasar penulisan bukan fiksi, bukan khayalan, tetapi berdasarkan fakta dan pernyataan narasumber di lapangan.
Disiplin dalam jurnalisme ini sering terkait dengan konsep obyektifitas. Yang dimaksud dengan obyektif adalah metodenya, bukan wartawannya. Ada standar profesional yg ditetapkan dan harus dijalankan untuk menjamin obyektifitas tersebut. Antara lain mencari berbagai saksi, menyingkap sebanyak mungkin sumber atau bertanya berbagai pihak untuk komentar. Ada sejumlah prinsip intelektual dalam ilmu peliputan: 

a) Jangan menambah-nambahkan sesuatu yang tidak ada 
b) Jangan mengecoh audiens
c) Bersikaplah transparan sedapat mungkin tentang motif dan metode Anda
d) Lebih mengandalkan pada liputan orisinal yang dilakukan sendiri
e) Bersikap rendah hati, tidak menganggap diri paling tahu

4. Jurnalisme harus tetap independen dari pihak yang mereka liput

Wartawan harus independen, artinya tak masalah untuk menulis apapun (baik/buruk) tentang seseorang sepanjang sesuai dengan temuan/fakta yang dimilikinya. Independensi harus dijunjung tinggi di atas identitas lain seorang wartawan. Prinsipnya wartawan harus bersikap independen terhadap orang-orang yg mereka liput. Jadi, semangat dan pikiran untuk bersikap independen ini lebih penting ketimbang netralitas. Namun wartawan yang beropini juga tetap harus menjaga akurasi dari data-datanya. Mereka harus tetap melakukan verifikasi, mengabdi pada kepentingan masyarakat, dan mematuhi berbagai ketentuan lain yg harus ditaati oleh wartawan.

5. Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan

Tugas jurnalis adalah mereka mengawasi sekaligus mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal buruk yang merugikan publik. Jurnalis juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang tak mampu bersuara sendiri. Prinsip ini menekankan pentingnya peran penjaga. Sebagai jurnalis, kita wajib melindungi kebebasan peran jaga ini dengan tidak merendahkannya, misalnya dengan menggunakannya secara sembarangan atau mengeksploitasinya untuk keuntungan komersial.

6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik, komentar, dan tanggapan dari publik.

Jurnalisme sebagai forum publik, bukan sebuah ruang privat bagi penulis. Penulis harus bertanggung jawab atas liputan yang dibuatnya. Partisipasi publik melalui komentar dan tanggapan merupakan bagian yang melekat dari proses jurnalisme. Apapun media yang digunakan --baik cetak, radio, televisi, online. Jurnalisme harus menciptakan forum  yang membuat publik diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar penting, sehingga dapatmereka dapat membuat penilaian dan bersikap. Forum yang dibangun tetap berdasarkan pada kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan pada fakta akan gagal memberi informasi pada publik. Perdebatan yang mengandalkan prasangka dan dugaan  hanya akan memunculkan kemarahan dan emosi warga. Perdebatan yang cuma mengangkat sisi-sisi ekstrem dari opini yang berkembang dan mengabaikan kepentingan publik akan  menjadikan akan menjadikan media yang Anda kelola hanya menjadi penambah masalah saja.

7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan

Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun. Laporan yg dianggap yg memikat dianggap laporan yg lucu, sensasional, menghibur, dan penuh tokoh selebritan. Tapi laporan yg relevan dianggap kering, angka-angka, dan membosankan. Kualitasnya diukur dari sejauh mana suatu karya melibatkan khalayak dan memberi pencerahan. Singkatnya, jurnalis harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang untuk memahami dunia, dan membuatnya bermakna, relevan, dan memikat. Dalam hal ini, terkadang ada godaan ke arah infotainment dan sensasionalisme.

8. Jurnalisme harus menjaga agar beritanya komprehensip dan proposional

Pemilihan berita sangat subjektif. Justru karena subjektif wartawan harus ingat agar proporsional dalam menyajikan berita. Ibarat sebuah peta, ada detail suatu blok, tapi juga gambaran lengkap sebuah kota. Banyak surat kabar yg menyajikan berita yg tak proporsional. Judul-judulnya sensasional. Penekanannya pd aspek yg emosional. Surat kabar macam ini seringkali tidak prposional dalam pemberitaannya. Menjaga berita agar tetap proposional dan tidak menghilangkan hal-hal penting termasuk dasar dari kebenaran. Untuk itu, berita yang dibuat harus proporsional dan komprehensif. Proporsional yang dimaksud adalah “berimbang dalam penyajian” dan “tidak berat sebelah”, sementara komperehensif yang dimaksud adalah “luas dan lengkap”. Penerapan proporsional dan komprehensivitas akan menghasilkan akurasi berita.

9. Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka

Setiap wartawan harus mendengarkan hati nuraninya sendiri. Dari ruang redaksi hingga ruang direksi, semua wartawan harusnya punya pertimbangan pribadi tentang etika dan tanggung jawab sosial. Agar hal ini bisa terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui adanya kewajiban pribadi untuk bersikap beda atau menentang redaktur, pemilik, pengiklan, dan bahkan warga serta otoritas mapan, jika keadilan (fairness) dan akurasi mengharuskan mereka berbuat begitu. Dalam kaitan itu, pemilik media juga dituntut untuk melakukan hal yang sama. Organisasi pemberitaan, bahkan terlebih lagi dunia media yang terkonglomerasi dewasa ini, atau perusahaan induk mereka, perlu membangun budaya yang memupuk tanggung jawab individual. Para manajer juga harus bersedia mendengarkan, bukan cuma mengelola problem dan keprihatinan para jurnalisnya.

Kondisi Media Massa saat ini berkembang dengan pesat. Di Era Globalisasi ini Media Massa yang sangat aktif yaitu Era Internet , Era Televisi , Era Radio , Era Majalah , Era Surat Kabar.

Era Internet
Media Massa yang menggunakan internet sangat aktif karena lebih mudah mengirim dan menerima informasi. Hampir setiap saat perkembangan teknologi juga yang membuat media massa di internet semakin maju dan pesat.

Era Televisi
Walau tak seaktif dan secepat Internet. tapi, televisi masih menjadi favorite karena informasi melalui Televisi lebih meyakinkan di banding melalui Internet. Karena jarang adanya berita Hoax yang ditayangkan di Televisi.

Era Radio
Semakin berkembangnya teknologi Radio kurang menjadi favorite karena susahnya mencari sinyal untuk menerima informasi melalui Radio.

Era Majalah
Majalah hadir untuk melengkapi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh surat kabar. Berbeda dengan surat kabar harian, majalah diterbitkan secara berkala, baik bulanan maupun mingguan. Majalah semakin banyak ditinggalkan karena update terlalu lama atau banyak penggemar pembaca yang tidak bersabar menunggu update dan memutuskan mencari informasi yang up to date.

Era Surat Kabar
Hanya Surat Kabar yang mempunyai ciri khas dan citra yang baik yang masih menjadi favorite.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar