1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah kebenaran
Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan
kebenaran, Kebenaran merupakan sesuatu yang sangat mahal. Seorang
jurnalis yang profesional akan memikirkan kebenaran tentang informasi yang
dibuatnya. Mengumpulkan informasi dengan mengumpulkan sebuat data yang
intelektual dan sesuai fakta sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang
merea butuhkan untuk berdaulat. Kebenaran yang ingin dicapai ini bukan
sekadar akurasi, atau sumber terpercaya saja, melainkan kebenaran yang praktis
dan fungsional. Prinsip pertama ini tentang kebenaran ini tanpa dilandasi
kepentingan tertentu(disinterested pursuit of truth) menjadi pembeda
bentuk komunikasi lainnya. Jangan sekali-kali menambah atau mengarang apapun,
apalagi menipu atau menyesatkan pembaca.
2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga
Loyalitas utama wartawan pada masyarakat, bukan pada perusahaan tempatnya
bekerja, pembaca, atau pengiklan. Wartawan harus berpihak pada kepentingan
umum. Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional. Kesetiaan pada
warga ini adalah makna dari independensi jurnalistik. Independensi adalah bebas
dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik. Jadi,
jurnalis yang mengumpulkan berita tidak sama dengan karyawan perusahaan biasa,
yang harus mendahulukan kepentingan majikannya. Jurnalis memiliki kewajiban
sosial, yang dapat mengalahkan kepentingan langsung majikannya pada waktu-waktu
tertentu, dan kewajiban ini justru adalah sumber keberhasilan finansial majikan
mereka. Bila wartawan harus menyajikan beritanya tanpa rasa takut atau
memihak maka wartawan harus memelihara kesetiaan kepada warga masyarakat dan
kepentingan publik yg lebih luas di atas yg lainnya.
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Jurnalisme bukanlah hiburan (entertainment), propaganda, fiksi, atau seni.
Jurnalisme adalah setia (disiplin) kepada verifikasi, artinya bisa dicek dan
ditelusuri sumber-sumbernya. Memastikan bahwa data dan fakta yang
digunakan sebagai dasar penulisan bukan fiksi, bukan khayalan, tetapi
berdasarkan fakta dan pernyataan narasumber di lapangan.
Disiplin dalam jurnalisme ini sering terkait dengan konsep
obyektifitas. Yang dimaksud dengan obyektif adalah metodenya, bukan
wartawannya. Ada standar profesional yg ditetapkan dan harus dijalankan untuk
menjamin obyektifitas tersebut. Antara lain mencari berbagai saksi, menyingkap
sebanyak mungkin sumber atau bertanya berbagai pihak untuk komentar. Ada
sejumlah prinsip intelektual dalam ilmu peliputan:
a) Jangan menambah-nambahkan sesuatu yang tidak ada
b) Jangan mengecoh audiens
c) Bersikaplah transparan sedapat mungkin tentang motif dan
metode Anda
d) Lebih mengandalkan pada liputan orisinal yang dilakukan
sendiri
e) Bersikap rendah hati, tidak menganggap diri paling tahu
4. Jurnalisme harus tetap independen dari pihak yang mereka liput
Wartawan harus independen, artinya tak masalah untuk menulis apapun
(baik/buruk) tentang seseorang sepanjang sesuai dengan temuan/fakta yang
dimilikinya. Independensi harus dijunjung tinggi di atas identitas lain seorang
wartawan. Prinsipnya wartawan harus bersikap independen terhadap
orang-orang yg mereka liput. Jadi, semangat dan pikiran untuk bersikap
independen ini lebih penting ketimbang netralitas. Namun wartawan yang beropini
juga tetap harus menjaga akurasi dari data-datanya. Mereka harus tetap
melakukan verifikasi, mengabdi pada kepentingan masyarakat, dan mematuhi
berbagai ketentuan lain yg harus ditaati oleh wartawan.
5. Jurnalisme harus berlaku sebagai pemantau kekuasaan
Tugas jurnalis adalah mereka mengawasi sekaligus mendorong para pemimpin agar
mereka tidak melakukan hal-hal buruk yang merugikan publik. Jurnalis juga
mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang tak mampu bersuara
sendiri. Prinsip ini menekankan pentingnya peran penjaga. Sebagai
jurnalis, kita wajib melindungi kebebasan peran jaga ini dengan tidak
merendahkannya, misalnya dengan menggunakannya secara sembarangan atau
mengeksploitasinya untuk keuntungan komersial.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik, komentar, dan tanggapan dari
publik.
Jurnalisme sebagai forum publik, bukan sebuah ruang privat bagi penulis.
Penulis harus bertanggung jawab atas liputan yang dibuatnya. Partisipasi publik
melalui komentar dan tanggapan merupakan bagian yang melekat dari proses
jurnalisme. Apapun media yang digunakan --baik cetak, radio, televisi,
online. Jurnalisme harus menciptakan forum yang membuat publik diingatkan
pada masalah-masalah yang benar-benar penting, sehingga dapatmereka dapat membuat
penilaian dan bersikap. Forum yang dibangun tetap berdasarkan pada
kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan pada fakta akan
gagal memberi informasi pada publik. Perdebatan yang mengandalkan prasangka dan
dugaan hanya akan memunculkan kemarahan dan emosi warga. Perdebatan yang
cuma mengangkat sisi-sisi ekstrem dari opini yang berkembang dan mengabaikan
kepentingan publik akan menjadikan akan menjadikan media yang Anda kelola
hanya menjadi penambah masalah saja.
7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan
Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi
menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap naskah
berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang serius dan
yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun. Laporan yg dianggap
yg memikat dianggap laporan yg lucu, sensasional, menghibur, dan penuh tokoh
selebritan. Tapi laporan yg relevan dianggap kering, angka-angka, dan membosankan.
Kualitasnya diukur dari sejauh mana suatu karya melibatkan khalayak dan memberi
pencerahan. Singkatnya, jurnalis harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu
menyediakan informasi yang dibutuhkan orang untuk memahami dunia, dan
membuatnya bermakna, relevan, dan memikat. Dalam hal ini, terkadang ada godaan
ke arah infotainment dan sensasionalisme.
8. Jurnalisme harus menjaga agar beritanya komprehensip dan proposional
Pemilihan berita sangat subjektif. Justru karena subjektif wartawan harus ingat
agar proporsional dalam menyajikan berita. Ibarat sebuah peta, ada detail suatu
blok, tapi juga gambaran lengkap sebuah kota. Banyak surat kabar yg
menyajikan berita yg tak proporsional. Judul-judulnya sensasional. Penekanannya
pd aspek yg emosional. Surat kabar macam ini seringkali tidak prposional dalam
pemberitaannya. Menjaga berita agar tetap proposional dan tidak menghilangkan
hal-hal penting termasuk dasar dari kebenaran. Untuk itu, berita yang
dibuat harus proporsional dan komprehensif. Proporsional yang dimaksud adalah
“berimbang dalam penyajian” dan “tidak berat sebelah”, sementara komperehensif
yang dimaksud adalah “luas dan lengkap”. Penerapan proporsional dan
komprehensivitas akan menghasilkan akurasi berita.
9. Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka
Setiap wartawan harus mendengarkan hati nuraninya sendiri. Dari ruang redaksi
hingga ruang direksi, semua wartawan harusnya punya pertimbangan pribadi
tentang etika dan tanggung jawab sosial. Agar hal ini bisa terwujud,
keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip
jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui
adanya kewajiban pribadi untuk bersikap beda atau menentang redaktur, pemilik,
pengiklan, dan bahkan warga serta otoritas mapan, jika keadilan (fairness) dan
akurasi mengharuskan mereka berbuat begitu. Dalam kaitan itu, pemilik
media juga dituntut untuk melakukan hal yang sama. Organisasi pemberitaan,
bahkan terlebih lagi dunia media yang terkonglomerasi dewasa ini, atau
perusahaan induk mereka, perlu membangun budaya yang memupuk tanggung jawab
individual. Para manajer juga harus bersedia mendengarkan, bukan cuma mengelola
problem dan keprihatinan para jurnalisnya.
Kondisi Media Massa saat ini berkembang dengan pesat. Di Era Globalisasi
ini Media Massa yang sangat aktif yaitu Era Internet , Era Televisi , Era Radio
, Era Majalah , Era Surat Kabar.
Era Internet
Media Massa yang menggunakan internet sangat aktif karena
lebih mudah mengirim dan menerima informasi. Hampir setiap saat perkembangan
teknologi juga yang membuat media massa di internet semakin maju dan pesat.
Era Televisi
Walau tak seaktif dan secepat Internet. tapi, televisi masih
menjadi favorite karena informasi melalui Televisi lebih meyakinkan di banding
melalui Internet. Karena jarang adanya berita Hoax yang ditayangkan di
Televisi.
Era Radio
Semakin berkembangnya teknologi Radio kurang menjadi favorite
karena susahnya mencari sinyal untuk menerima informasi melalui Radio.
Era Majalah
Majalah hadir untuk melengkapi kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi oleh surat kabar. Berbeda dengan surat kabar harian, majalah
diterbitkan secara berkala, baik bulanan maupun mingguan. Majalah semakin
banyak ditinggalkan karena update terlalu lama atau banyak penggemar pembaca
yang tidak bersabar menunggu update dan memutuskan mencari informasi yang up to
date.
Era Surat Kabar
Hanya Surat Kabar yang mempunyai ciri khas dan citra yang
baik yang masih menjadi favorite.